Pena Sang Pencipta
Aku jatuh cinta padamu seperti seorang yang jatuh cinta pada hujan di musim kemarau, mengharap yang mustahil, menanti yang tak kunjung datang.
Kita adalah percakapan yang tak pernah selesai, langkah yang selalu berpapasan tapi tak pernah bertaut.
Jika kita hanya boleh sampai di sini, aku harap setidaknya kau tahu, di antara seluruh ketidakmungkinan, aku tetap memilih mencintaimu. Kita adalah kemungkinan yang tak pernah diizinkan menjadi kepastian.
Ada saat-saat di mana aku ingin melawan arah, menantang waktu, memaksa takdir untuk berbelok. Tapi apa daya? Semesta lebih dulu menulis garis akhirnya. Tidak lebih jauh, tidak lebih lama.
Kau dan aku, dua garis yang seharusnya sejajar, tapi justru saling mendekat tanpa pernah benar-benar bersinggungan. Kita bukan tentang takdir yang menolak berpihak, tapi tentang semesta yang sejak awal tahu: kita hanya boleh sampai di sini.
Maka inilah kita-dua jiwa yang sempat bertemu, namun tak pernah benar-benar menjadi satu.
Aku ingin berkata bahwa aku baik-baik saja, tapi kau tahu, beberapa kehilangan tidak bisa disembuhkan hanya dengan kata-kata.
Cinta memang tidak pernah meminta izin untuk ada. Ia tumbuh di sela-sela ketidakmungkinan, berakar di dalam harapan yang rapuh.
Aku mencintaimu dengan cara yang tidak menuntut akhir, dengan kesadaran bahwa kita mungkin hanya akan menjadi cerita.
Bye:penasangpencipta)
Posting Komentar