UNTUK SALING JATUH CINTA, BUTUH SATU ORANG BODOH
Logika mereka bertabrakan, menganalisis kemungkinan sebelum ada rasa yang benar-benar tumbuh. Setiap perasaan diuji dengan skeptisisme, setiap getaran hati harus lulus uji empiris sebelum diakui sebagai cinta.
Mereka berdebat tentang arti ketulusan, tentang bagaimana cinta seharusnya tidak berlandaskan kelemahan, tetapi lalu sadar bahwa cinta sejati justru tidak membutuhkan perhitungan.
Cinta yang terlalu dianalisis kehilangan spontanitasnya, seperti api yang padam oleh angin yang terlalu banyak bertanya.
Cinta, pada akhirnya, butuh keseimbangan. Seseorang harus cukup "bodoh" untuk melompat tanpa menghitung seberapa dalam jurang di depannya.
Seseorang harus rela mencintai tanpa alasan yang bisa dijelaskan, tanpa peta, tanpa rumus.
Bukan kebodohan dalam arti sesungguhnya, tetapi keberanian untuk melepaskan logika sesekali, membiarkan
perasaan menjadi satu-satunya kompas.
Dua orang yang sama cerdasnya mungkin akan terus mengukur, menimbang, dan pada akhirnya sadar bahwa mereka tidak akan pernah bisa benar-benar jatuh.
Karena cinta sejati bukanlah sesuatu yang hanya bisa dipahami ia harus dijalani, dengan sedikit kegilaan, sedikit ketidakpastian, dan satu orang yang cukup "bodoh" untuk percaya bahwa cinta memang seharusnya seperti itu.
Posting Komentar